Langsung ke konten utama

Belajar Beradab (Part 1)

Dalam sebuah adab, sejatinya Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki sebuah akhlak. apakah akhlak atau tata krama pada saat tersebut sangatlah tidak beretika secara normal? tentu tidak, karena akhlak disini adalah panutan, sedangkan panutan ada yang harus dicontohkan, dan contohnya tentu membutuhkan sebuah objek yang akan kita amati dan pelajari.

Objek Adab merupakan sebuah dimensi kehidupan dalam mengimplementasikan tata krama. Al-Quran mengabadikan Firman Allah serta bayan-bayan Ilahi yang menjadi pedoman dengan tujuan sebagai tuntunan kita. melalui Al-Quran, kita tercerahkan dan terbimbing secara tidak langsung. namun adab harus ada contoh. 

Allah SWT berfirman bahwasannya Rasulullah SAW diutus tidak lain menjadi Uswah al-hasanah.

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."

Rasulullah SAW telah mensabdakan dalam sebuah riwayat shahih bahwasannya

أكملُ المؤمنين إيمانًا أحسنُهم خُلقًا

“Kaum Mu’minin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Tirmidzi no. 1162, ia berkata: “hasan shahih”).

إنَّما بعثتُ لأتمِّمَ مَكارِمَ الأخلاقِ

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia” (HR. Al Baihaqi, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, no. 45).

Karena demikian, mengapa kita perlu mempelajari adab yang palingg utama daripada ilmu atau belajar agama? coba kita mengenal sedikit tokoh seperti Imam Ahmad yang keilmuaannya lebih mentereng daripada sang kakak bernama Imam Ghozali, Imam Ahmad mengaplikasikan adab ketika selama mengembara Hadist-Hadist Nabi SAW dengan penuh adab dan keikhlasan. perumpamaan belajar ada dalam kitab Akhlaqulil banin au banaat yang mungkin kita ketahui dari berberapa kalangan umat. kitab sederhana namun ada dialog pada bab Fadhilah al-adab dimana seorang anak bertanya kepada ayahnya ketika sedang berkebun. Bahwasannya dalam kisahnya yang saya bahasakan sendiri ada batang bunga/ranting yang bengkok diluruskan oleh ayahnya. anak tersebut bertanya "mengapa diluruskan wahai abuya? bukankah itu sudah bengkok dan akan patah jika diluruskan dengan paksa?" sang ayah menjawab "batang tersebut lunak, ayah masih bisa menyanggahnya dengan ranting yang lurus" sementara itu anak tersebut menunjuk lagi kepada pohon yang bengkok. "Wahai abuya, apakah batang tersebut bisa diluruskan lagi?" maka sang ayah menjawabnya dengan tersenyum "tidak wahai anakku, batang tersebut sudah keras dan besar."

Wallahu A'lam, semoga sedikit pengantar ini menjadi gambaran awalan kita agar tetap beradab dan beretika dalam kehidupan didunia dalam menyonsong ibadah untuk bekal amalan di akhirat kelak, Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Insan Yang Bermanfaat

Kebaikan seseorang, salah satu indikatornya adalah kemanfaatannya bagi orang lain. Keterpanggilan nuraninya untuk berkontribusi menyelesaikan problem orang lain.  Rasulullah SAW bersabda : manusia terbaik adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. خير الناس أنفعهم للناس Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah) Kelihatannya, memberikan manfaat kepada orang lain, membantu dan menolong sesama itu membuat waktu kita tersita, harta kita berkurang, tenaga dan pikiran kita terporsir. Namun sesungguhnya, saat kita memberikan manfaat kepada orang lain, pada hakikatnya kita sedang menanam kebaikan untuk diri kita sendiri. Jika kita menolong orang lain, Allah akan menolong kita. Allah SWT berfirman: إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (...

Maulid Nabi, Mengenang Perjuangan dan Meneladani Sifat Rasulullah SAW

  Seorang Nabi belum tentu rasul tetapi seorang rasul sudah pasti dia juga   seorang nabi. Nabi maupun rasul sama sama memberi penjelasan bagi umat manusia agar manusia senantiasa berada di jalan kebenaran seperti jalan ketuhanan. Nabi seorang manusia terkemuka yang berkemampuan memberi berita eskatologi dan hal hal yang lain. Menurut T.M. Hasbi Ash Shiddiqi sebagai dikutip oleh Muhammad Daud Ali. Nabi Muhammad SAW. disebutkan dalam Al-Quran sebagai nabi terakhir dan dikuatkannya dengan hadis beliau meskipun di masa itu tetap saja ada orang yang mendeklarasikan dirinya sebagai nabi, seperti Musailamah al Kazzab. Demikian juga di masa setelah nabi Muhammad Saw. Seperti di Indonesia sendiri ada beberapa orang yang mengaku nabi di tengah masyarakat antara lain Abdul Muhjib, Eyang Ended, Lia Eden dan Ahmad Musaddeq. Keduanya ditafsirkan secara parsial dan menangkap makna yang tidak didasari dengan ilmu bahasa dan tafsir yang sebenarnya dengan mengambil kesimpulan bahwa ada rasul...