Seorang Nabi belum tentu rasul tetapi seorang rasul sudah pasti dia
juga seorang nabi. Nabi maupun rasul
sama sama memberi penjelasan bagi umat manusia agar manusia senantiasa berada
di jalan kebenaran seperti jalan ketuhanan. Nabi seorang manusia terkemuka yang
berkemampuan memberi berita eskatologi dan hal hal yang lain. Menurut T.M.
Hasbi Ash Shiddiqi sebagai dikutip oleh Muhammad Daud Ali.
Nabi Muhammad SAW. disebutkan dalam Al-Quran sebagai nabi terakhir dan
dikuatkannya dengan hadis beliau meskipun di masa itu tetap saja ada orang yang
mendeklarasikan dirinya sebagai nabi, seperti Musailamah al Kazzab. Demikian
juga di masa setelah nabi Muhammad Saw. Seperti di Indonesia sendiri ada
beberapa orang yang mengaku nabi di tengah masyarakat antara lain Abdul Muhjib,
Eyang Ended, Lia Eden dan Ahmad Musaddeq. Keduanya ditafsirkan secara parsial
dan menangkap makna yang tidak didasari dengan ilmu bahasa dan tafsir yang
sebenarnya dengan mengambil kesimpulan bahwa ada rasul yang tidak diceritakan
dalam al Quran, hal ini melihat kata yang digunakan fiil mudhari’ berarti
kejadiannya bisa di masa sekarang dan masa mendatang tanpa melihat susunan dan
fungsi kalimat.
Ada juga yang ingin mencari popularitas nama dengan nekat mengaku diri sebagai seorang nabi, Syiah mengkaitkannya dengan politik imamah bahwa Tuhan tidak membiarkan suatu umat dalam kurun waktu kurang lebih 100 tahun tanpa seorang mujaddid (pembaharu) atau imam sebagai perpanjangan tangan Tuhan untuk mengatur dan membawa manusia ke jalan yang benar seperti jalan ketuhanan. Kata mujaddid ( pembaharu) bisa seorang nabi,wali atau imam meskipun tidak sehebat Muhammad SAW. karena beliau sayyid anbiya wa al Mursalin berarti penghulu sekalian nabi dan rasul alias pemungkas. Hal ini juga membuat sebagian menanti kedatangan nabi yang bisa berubah nama seperti penyelamat atau imam. Perlu diketahui bahwa dalam kenabian Muhammad SAW telah diabadikan dalam Q.S. Al-Ahzab : 40
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن
رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّۦنَ ۗ وَكَانَ
ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang
laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.
Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Namun kalangan ini masih banyak bermunculan dan perdebatan dikalangan
umat manusia. Seperti munculnya nabi nabi palsu yang mengatas namakan utusan
tuhan semesta alam.
Pelajaran ibroh/hikmah yang dapat kita ambil pada diri Rasulullah ialah
meneladani 4 sifatnya yang mulia, yakni Shadiq (Benar), Amanah (Dipercaya), Tabligh
(Menyampaikan), Fathonah (Cerdas). Serta menirukan sunnah-sunnah Rasulullah,
karena landasan ayat dalam meneladani Rasul ialah hakikatnya Allah SWT Mengutus
Para Rasul disampin menyampaikan risalahtu ad-dakwah, juga mencontohkan pribadi
yang mulia. Khususnya Nabi Muhammad SAW yang mempunyai keistimewaan dan
digambarkan sejak masa Nabi Adam AS diciptakan.
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ
وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S. Al-Ahzab: 21)
Maka, oleh karena itu, dalam maulid Nabi Muhammad SAW
jadikan momentum untuk mengenang jasa dan pengorbanannya dalam menyebarkan
islam yang rahmatan lil‘alamin ini. Dan sebagai keberkahan dalam menjalankan
kehidupan serta kita semua mengharap kelak di hari kiamat mendapatkan
syafaatnya.
Wallahu A'lam, semoga bermanfaat bagi kita semua
Komentar
Posting Komentar